Tokoh-Tokoh Buddhis Kontemporer


Let's Check it out :     Para Bikkhu Buddhis


1. Bhikkhu Munindo


Bhikkhu Munindo lahir pada tahun 1951 di Teawamutu (Selandia Baru). Nama kecilnya Keith Morgan, ia dibesarkan di kota Morrinsville, Selandia Baru (New South Wales). Ia adalah putra dari seorang pendeta Presbiterian dan cucu dari dua pendeta yang telah dinobatkan. Pertama kali beliau mengenal agama Buddha ketika sedang membaca buku psikologi di Universitas Waikato.

Ketika dalam perjalanannya ke Australia pada tahun 1972, ia bertemu dengan para bhikkhu di Vihara Thai, Sydney. Ketika tinggal di New South Wales utara, ia menghadiri pertemuan meditasi dengan Bhikkhu Khantipalo.

Ia meninggalkan Australia pada tahun 1973 menuju Indonesia dengan tujuan akhir tiba di Jepang untuk memperaktikkan Zen.

Ia mengajar Bahasa Inggris untuk sementara waktu di Bangkok dan bertemu dengan Bhante Sumedho beserta para bhikkhu lainnya dari Vihara Bovornives. Beliau akhirnya memutuskan menjadi samanera. Ia diupasampada di sana oleh Phra Somdet �anasamvara pada tahun 1974 dan menjalani vassa pertamanya dengan Bhikkhu Thate di Vihara Hin Mark Peng di perbatasan daerah Laotian (Laos).

Setelah melewati beberapa waktu di sebuah Rumah Sakit di kota Bangkok dengan masalah kesehatan yang serius. Beliau bertemu dengan Bhikkhu Sumedho lagi dan pergi ke Vihara Pah Pong. Beliau kemudian ditahbiskan kembali oleh Y.M. Ajahn Chah pada tahun 1975.

Kesehatan yang buruk menyebabkannya kembali ke Selandia Baru selama enam bulan pada tahun 1979.

Selama di sana, timbul keinginan untuk mengajak para bhikkhu yang tinggal di daerah Auckland dan Wellington untuk menetap secara permanen (sesuai dengan peraturan residen para bhikkhu yang telah disepakati).

Pada tahun 1980, beliau berkeliling Inggris dan bergabung dengan perkumpulan Chithurst. Tiga tahun kemudian, Bhikkhu Munindo diberikan tanggung jawab atas pembangunan vihara di Devon, Barat daya Inggris. Sekitar tahun 1989, ia menetap di Chithurst, membantu pimpinan (Sangha) dengan pengajaran dan pelatihan kepada bhikkhu-bhikkhu baru.

Sejak tahun 1990, beliau memegang jabatan tinggi di Vihara Aruna Ratanagiri, Harnham Hall Cottages, Harnham, Belsay, Northumberland. Vihara ini merupakan bagian dari vihara-vihara yang didirikan sesuai dengan Anjuran dan didikan guru beliau yaitu Bhante Ajahn Chah. Di sana tinggal pula dua orang bhikkhu lainnya yaitu Bhikkhu Punnyo yang berasal dari Ampleforth di North Yorkshire dan diupasampada oleh Bhante Maha Amon di Thailand tahun 1996. Ia kembali membantu Aruna Ratanagiri sejak bulan April 1998 hingga sekarang 2002, dan Bhikkhu Abhinando berasal dari Hamburg-Jerman, diupasampada menjadi bhikkhu pada tahun 1994 oleh Bhante Sumedho. Ia bergabung di Aruna Ratangiri baru beberapa bulan beserta para anagarika, Yuri (dari Rusia yang bergabung sejak November 2001), Richard (dari Leeds, Inggris sejak Agustus 2001), Jaroslav (dari Slovakia sejak Agustus 2001), dan Vladimir (dari Republik Czech sejak September 2001).


2. Bhikkhu Amaro





Bhikkhu Amaro lahir di Kent, Inggris pada tahun 1956, dengan nama Jeremy Horner. Ia belajar Psikologi dan Fisiologi (ilmu faal atau cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau organ, sel, dan jaringan) di Bedfrod College, Universitas London, dan berhasil mendapatkan gelar Sarjana Muda. Minat religius pertamanya mulai tumbuh pada saat membaca karya Rudolph Stiner.

Ketika dalam menyelesaikan gelarnya, dia memiliki kesempatan untuk berkeliling ke Asia, seorang teman menawarkannya pekerjaan sebagai perawat kuda di transportasi kapal muatan untuk kuda balap yang akan menuju Malaysia.

Sesuai dengan pemberitahuan dan petunjuk dari beberapa orang yang dia temui di dalam perjalanan, kemudian ia pergi ke timur laut Thailand mencari tempat untuk menetap beberapa malam sebelum pergi ke Jepang. Dan pada saat itu, ia mendengar mengenai Vihara Pah Nanachat dan para bhikkhunya yang berasal dari Barat, lalu ia mengunjungi vihara tersebut.

Kunjungannya sangat berkesan buat Jeremy - dia langsung merasakan keakraban dengan para bhikkhu di sana, dengan segera merasa seperti rumah sendiri (merasa nyaman), dan memutuskan untuk tinggal.

Pada tahun 1978 Jeremy Horner menjadi seorang anagarika, dan menjadi samanera empat bulan kemudian. Tahun berikutnya ia diupasampada oleh YM. Ajahn Chah dengan nama Amaro. Bhikkhu Amaro menetap di Thailand selama dua tahun, sebelumnya keluarganya yang sedang sakit sempat memintanya pulang ke Inggris.

Setelah itu Bhikkhu Amaro bergabung dengan Bhikkhu Sumedho di Vihara Chithurst yang ketika itu baru dibangun.

Suatu hari ketika di London, beliau memutuskan untuk menemui "saudara" nya yang dia sendiri belum pernah bertemu, seorang sarjana termasyur, presiden dan penerjemah dari Pali text Society, I.B. Horner. Sayangnya ia telah meninggal sebelum pertemuan mereka diadakan.

Pada tahun 1983 Bhikkhu Sumedho memintanya untuk menempati Vihara Harnham. Dan Bhikkhu Amaro meminta agar perjalanannya ke Vihara Harnham ini dilakukan dengan berjalan kaki yang berjarak sepanjang delapan ratus tiga puluh mil (permintaan ini diijinkan).

Bhikkhu Amaro menulis sebuah buku mengenai perjalanan panjangnya itu dengan judul "Tudong _ The long road North", tahun 1984. Di tahun-tahun sekarang ini ia bervassa di California utara untuk beberapa bulan di tiap musim dingin. Dalam waktu dekat Bhikkhu Amaro akan tinggal secara tetap di California pada 120 Akre dari tanah perhutanan di lembah Redwood, daerah kabupatan Mendocino, 16201 Tomki Road, di mana sebuah Vihara didikan Theravada dibangun dengan nama Vihara Abhayagiri. Tanah yang diberikan kepada Bhikkhu Sumedho, ketua atau pimpinan dari vihara Amaravati, dan Yayasan Sanghapala oleh pendiri "Kota 1000 Buddha", Master Hua. Di mana sekarang ini Bhikkhu Amaro ditemani oleh Bhikkhu Pasanno, Bhikkhuni Jitindriya, Bhikkhu Karunadhammo, Bhante Jotipalo, Bhante Pasuko, Tan Dhammadaso, Tan Obhaso, Anagarika Leif, dan Anagarika Chris.


3. Joseph Goldstein








Ia telah menjadi pembimbing latihan meditasi vipassana dan metta bhavana di negara-negara pada berbagai Benua sejak tahun 1974.

Joseph adalah salah satu pendiri dan guru pembimbing yang menetap di Insight Meditation Society, yang berlokasi di Barre, Massachusetts.

Pada tahun 1989, ia bersama dengan beberapa guru yang lainnya dan juga murid-murid dari Insight Meditation membantu pembangunan "Barre center for Buddhist studies."

Sekarang ini ia mengembangkan Forest Regufe, sebuah pusat pelatihan baru bagi pelatihan meditasi tingkat lanjut (Long Term).

Joseph pertama kali tertarik pada agama Buddha ketika menjadi salah satu sukarelawan koorporasi perdamaian di Thailand tahun 1965.

Dan sejak tahun 1967 ia belajar dan berlatih berbagai meditasi Buddhis di bawah bimbingan para guru ahli dari India, Birma, dan Tibet.

Beberapa buku telah ia buat, di antaranya buku yang berjudul One Dharma: "The practice of freedom",

"The Experienc of Insight"

(kedua buku ini berisi mengenai meditasi Vipassana).

Dan pengarang yang sama dari buku "Seeking the heart of wisdom" dan "Insight meditation." Buku terbarunya yang diberi tittle One Dharma: "The Emerging Western Buddhism" diterbitkan pada bulan Juni yang lalu 2002.



4. Steven Smith






Steven Smith adalah guru pembimbing di Insight Meditation Society di Barre-Massachusetts, pusat latihan lembah Kyaswa di Birma dan Blue Mountain Meditation Center di Australia, juga seorang pendiri "Vipassana Hawai" pada tahun 1984.

Lahir dan dibesarkan di Hawai, ia telah sangat mengenal penduduk asli Hawai dan kebudayaan Asia lokal sepanjang hidupnya. Melanjutkan sekolahnya ke Universitas, Smith tinggal dan berkeliling untuk masa periode panjang di India dan Asia Tenggara sebagai seorang pelajar akan praktik meditasi. Berlabuh pada Tradisi umat Buddha Theravada di Asia Tenggara sejak tahun 1974, ia telah berlatih sebagai seorang bhikkhu dengan seorang guru meditasi terkenal, bhikkhu yang berasal dari Birma, Sayadaw U Pandita.

Steven baru-baru ini bekerja sama dengan guru meditasi Birma dan Bhikkhu Sayadaw U Lakkhana dalam pengembangan Pusat latihan Lembah Kyaswa dalam Bukit Sagaing di dataran tinggi Burma di mana Agama Buddha Theravada telah berjalan baik sejak abad ketigabelas. Pusat ini menawarkan kesempatan unik kepada pelajar-pelajar luar negeri mengenai budaya Theravada di bawah persetujuan dan petunjuk dari bhikkhu pimpinan dan umat Barat sebagai pembimbing (the concurrent guidance of a senior monk and western lay teacher). Peserta latihan datang dari berbagai negara Barat dan Asia, dan setiap tahun ada lebih banyak peserta dibanding tempat yang tersedia.

Di dalam kaitannya dengan tugas, Steven adalah pendiri dari Proyek Metta Dana, di mana ia bekerja sangat dekat dengan bhikkhu senior dari Birma untuk menghasilkan bantuan dalam proyek pengobatan dan pendidikan (generate aid for educational and medical projects) di daerah Bukit Sagaing dari dataran tinggi Birma (Sagaing Hills area of Upper Burma).

Sejak 1966, Tuan Smith juga telah menjadi anggota Working Group dan penasehat senior dalam praktik meditasi untuk pusat Contemplative Mind in Society (CMIS), sebuah proyek yang diprakarsai oleh Yayasan Nathan Cummings dan Institute Fetzer. Misi dari CMIS adalah untuk menyatupadukan kesadaran meditasi ke dalam kehidupan nyata (kontemporer).

Sejak tahun 1966, Steven telah memegang tanggung jawab akan perkembangan program-program untuk dan juga ajaran meditasi, pembina/pemimpin/tokoh National environmental (yang berhubungan dengan lingkungan nasional/tokoh lingkungan nasional), Business executives (pelaksana bisnis), wartawan, dan sukarelawan yang bertugas di dalam event atau peristiwa suatu kegiatan yang dilakukan CMIS.



5. Michele McDonald Smith






Michele telah berlatih meditasi sejak tahun 1975, lalu ia belajar dengan Sayadaw U Pandita. Kemudian pada tahun 1982 ia mengajar latihan meditasi Buddhis di Insight Meditation Society-Barre Massachusetts dan juga di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk kegiatan latihan tiga bulan yang dilaksanakan tiap tahun kepada peserta yang berpengalaman yang ikut bergabung pada musim gugur. Juga untuk latihan meditasi perkembangan bagi anak muda, ia mempunyai minat khusus di dalam meneliti atau menjelajahi hubungannya antara latihan intensif (giat, secara mendalam dan sungguh sungguh), latihan tiap hari, dan psikoterapi.

Waktu di perguruan tinggi, pada masa awal usia dua puluhan, Michele mengungkapkan kecintaannya akan dunia alam (sebagai pecinta alam) dengan bekerja untuk Massachusetts Audubon, mengajarkan pendidikan lingkungan di Massachusetts, Maine, serta tempat pekarangan di Utara Maine.

Ia telah bekerja dengan sejumlah besar orang Barat dan guru-guru Asia. Ia terutama sekali tertarik akan ajaran-ajaran mengenai pembebasan _ kemungkinan yang sangat nyata akan pembebasan dari ketamakan, kebencian, dan Angan-angan Belaka (delusi) di dalam hidup ini yang biasa kita kenal dengan sebutan moha.

Tahun 1983 ia pindah ke Honolulu untuk membantu pendirian Vipassana Hawai bersama suaminya Steven Smith. Ia terus berlatih secara giat dan sungguh-sungguh dan telah belajar dengan guru ternama yang berpengalaman penuh, yang berasal dari Birma, Sayadaw U Pandita sejak tahun 1984.




6. Bhikkhu ��naponika





Beliau adalah seorang putra tunggal yang lahir pada 21 Juli 1901 dengan nama Siegmund Feniger. Orangtuanya membesarkan dan merawat Siegmund dengan sebuah asuhan tradisional Yahudi. Sejak Siegmund masih berusia muda, ia sudah menunjukkan kecenderungan yang kuat pada hal hal religius. Di akhir masa remajanya, segera setelah ia menyelesaikan sekolahnya, ia mulai bekerja di toko buku.

Di saat-saat yang menggelisahkan, keragu-raguannya akan hal-hal religius, mendorongnya pada pencarian mengenai hal-hal keagamaan dengan kuat, terlebih lagi pada saat ia menemukan buku-buku mengenai agama Buddha. Penemuan barunya ini membuat ia tertarik, sebuah ketertarikan yang semakin ia baca semakin tumbuh besar.

Siegmund melihat bahwa agama Buddha menyajikan, memperkenalkannya sebuah ajaran keseimbangan, kedamaian dan ketenangan yang dapat memenuhi dua sisi tuntutan kritis dari intelektual dan dorongan-dorongan religius dari lubuk hatinya.

Meskipun ia harus mempelajari agama Buddha dari bagian awal sendirian, tanpa seorang guru atau bahkan seorang teman untuk bersama sama berbagi di dalam minat religiusnya itu, namun keteguhan akan pendiriannya di dalam Dhamma Sang Buddha semakin kuat dan kokoh di saat usianya yang keduapuluh (1921), di mana ketika itu ia menyatakan dirinya sebagai seorang umat Buddha yang yakin sepenuhnya di dalam Tiratana.

Pada tahun 1922, ia pindah ke Berlin bersama orangtuanya, di mana ia bertemu dengan umat Buddha yang lain, dan menghantarkannya pada sederetan kesusastraan karya Buddhis kenamaan, dan di kota inilah untuk pertama kalinya ia bertemu dengan karya tulis dan terjemahan terjemahan Bhikkhu ��natiloka yang telah diterbitkan di Jerman.

Siegmund mendengar bahwa Bhikkhu ��natiloka telah membangun sebuah �r�ma untuk bhikkhu-bhikkhu Barat yang dinamai "Island hermitage" pada sebuah tempat di Lagoon dekat Dodandua-Srilanka. Laporan ini tertanam dan memunculkan sebuah ide dipikirannya yang semakin lama semakin berkembang menjadi sebuah dorongan yang besar untuk pergi ke Asia dan menjadi bhikkhu

Idenya ini, tidak dapat dilaksanakan hingga beberapa waktu. Pada 1932 ayahnya meninggal dan Siegmund tidak ingin meninggalkan ibunda tercinta tinggal sendirian. Lalu pada tahun 1933 Hitler datang muncul untuk berkuasa dan memulai rencana penyiksaan yang tanpa belas kasih terhadap orang-orang Yahudi. Pada awalnya Siegmund mencoba sebaik mungkin untuk mempertahankan tanah airnya dengan penuh harapan bahwa penyiksaan yang sedang berjalan ini akan segera berakhir.

Di saat itu, kejadian demikian malah membuatnya jelas bahwa gelombang kebencian, kebodohan dan kekejaman sedang melilit Nazi yang berkembang pesat. Di saat-saat yang menggelisahkan dan gempar itu, ia sadar bahwa dia maupun ibunya tidak lagi dapat tinggal di Jerman dengan selamat. Maka pada bulan November 1935 ia meninggalkan Jerman bersama ibunya menuju Vienna, di mana tempat kerabat-kerabat mereka tinggal. Ia menginginkan ibunya tinggal dengan kerabat mereka.

Di awal tahun 1936 ia meninggalkan Eropa menuju Srilanka, di mana ia bertemu dengan Bhikkhu ��natiloka di Island Hermitage. Pada tahun yang sama (1936), ia ikut pabbajja samanera dan tahun berikutnya diupasampada oleh guru beliau Bhikkhu ��natiloka (1937) sebagai bhikkhu dengan nama ��naponika, yang berarti "tahap atau langkah menuju kebijaksanaan."

Pada tahun 1939, setelah Nazi menyerbu Austria, Bhikkhu ��naponika mengatur rencana untuk ibunya dan sanak famili yang lain agar bisa tiba di Srilanka, sanak keluarga lainnya pada akhirnya bermigrasi ke Australia, tetapi ibunya tetap berada di Srilanka. Ia tinggal di rumah pasangan warga Srilanka yang dermawan, Sir. Ernest dan Lady de Silva, dan menjadi anggota keluarga yang sangat dicintai di rumah tangga mereka. Ibunya meninggal di Colombo City pada tahun 1956. Melalui dorongan dari putranya sendiri (Bhikkhu ��naponika) dan para teladan yang menjadi tuan rumah di mana ia menetap, ia memeluk agama Buddha dan menjadi seorang pengikut yang taat dan setia.

Di bawah bimbingan gurunya, ia belajar bahasa P�li dan pendidikan Therav�da, sementara itu ia juga melanjutkan pelajaran bahasa Inggrisnya. Ketika Perang Dunia II dimulai antara Jerman dan Inggris tahun 1939, kedua bhikkhu Jerman ini, Bhikkhu ��naponika & Bhikkhu ��natiloka, sama seperti semua orang Jerman yang tinggal di negara bekas jajahan Inggris akan diasingkan ke tempat pengasingan, terutama di Diyatalawa - pedalaman Srilanka, dan kemudian menuju ke Dehra Dun, di India utara. Meskipun sulitnya keadaan di tempat pengasingan ini, namun Bhikkhu ��naponika tetap menyelesaikan terjemahan Sutta Nip�ta, Dhammasa�gani dan komentarnya (buku bagian pertama dari Abhidhamma Pitaka), Atthasalini, ke dalam bahasa Jerman. Ia juga menghimpun naskah-naskah antologi mengenai meditasi Satipatth�na.

Ketika perang dunia telah usai, kedua bhikkhu Jerman ini dibebaskan dari tempat pengasingan pada tahun 1946 dan kembali ke Srilanka, di mana mereka mulai kembali tinggal di Island Hermitage. Pada awal tahun 1951 mereka berdua menjadi penduduk dari negara Srilanka yang baru merdeka.

Pada tahun yang sama 1951, Bhikkhu ��natiloka (guru dari Bhikkhu ��naponika) ditawari sebuah tempat pertapaan dekat Kandy, di Udawattakele Forest Reserve, yang kemudian disetujuinya

Dengan usianya yang telah lanjut (Ven. ��natiloka), ia lebih memilih iklim yang lebih sejuk di bukit dari pada iklim tropis yang panas di Island Hermitage. Tahun berikutnya, Bhikkhu ��naponika bergabung dengannya, dan demikian-lah gubuk Koloni tua di hutan itu telah diubah fungsi menjadi hutan pertapaan atau yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah jarmen pansala "The german temple."

Pada tahun 1952, Bhikkhu ��natiloka dan Bhikkhu ��naponika diundang ke Burma untuk mengadakan konsultasi bersama mengenai persiapan Buddhist council yang keenam, di mana pemerintah Burma bermaksud untuk bersidang di tahun 1954 nanti, tujuan untuk pemeriksaan kembali dan pencetakan ulang seluruh aturan tata bahasa P�li beserta komentar-komentarnya. Setelah berkonsultasi, Bhikkhu ��naponika menetap di Burma selama satu periode pelatihan "meditasi Vipassan� dibawah bimbingan guru besar meditasi, Bhikkhu Mahasi Sayadaw.

Pengalaman inilah yang sangat berkesan di hatinya, mendorong beliau untuk menulis buku terbaiknya yang terkenal di seantero dunia "The heart of Buddhist meditation" (yang telah diterbitkan oleh BPS pada tahun 1992) agar orang lain juga bisa merasakan manfaat dari pelatihan meditasi yang dituturkan dalam sistem pelaksanaan agama Buddha.

Lalu tiba saatnya pada tahun 1954, mereka berdua kembali ke Burma (Myanmar) untuk membuka acara peresmian, dan juga pada acara penutupan peresmian dua tahun kemudian, di tahun 1956. Pada acara penutupannya Bhikkhu ��naponika pergi sendiri ketika gurunya (waktu itu) sedang sakit. Lebih dari satu tahun berikutnya kesehatan Bhikkhu ��natiloka tetap buruk, lalu memohonnya agar pindah ke Colombo City di mana ia akan dapat menerima perhatian medikal yang lebih intensif.

Pada tanggal 28 Mei 1957 Sang Pelopor besar ini meninggal dunia, dan pada tanggal 2 Juni dimakamkan di sebuah tempat pemakaman resmi-kenegaraan di Independence square, dihadiri oleh perdana menteri, S.W.R.D. Bandaranaike, dan banyak negara-negara resmi, baik umat maupun orang-orang religius yang terkemuka.

Sebagai tanda penghargaan, penghormatan dan terima kasih kepada Bhikkhu ��natiloka, Bhikkhu ��naponika meninjau ulang terjemahan lengkap A�guttara Nik�ya dalam bahasa Jerman, mengetik kembali lima jilid buku dengan lengkap, dan juga menyusun empat puluh halaman dari index menjadi sebuah karya, sesuai dengan permintaan gurunya.

Enam bulan setelah gurunya meninggal, karier/tugas dan kewajiban Bhikkhu ��naponika sebagai orang yang menerangkan dan menguraikan Dhamma diajukan dalam pimpinan baru, yang tidak pernah diduga sebelumnya. Seorang pengacara terkemuka di Kandy, A.S; Karunaratne, menyarankan kepada seorang temannya, pemilik sekolah yang telah pensiun; Richard Abey Sehera, di mana mereka memulai sebuah kesatuan masyarakat guna mengumumkan literatur Buddhis ke dalam bahasa Inggris, terutama untuk disebarkan ke luar negeri.

Karya-karya Bhikkhu ��naponika diantaranya adalah Numerical Discourses of the Buddha. Sebuah buklet A�guttara Nik�ya Anthology yang telah diterbitkan di bawah bantuan International Sacred Literature Trust (Perserikatan Karya/Literatur Suci Internasional) yang kemudian ditinjau kembali oleh Bhikkhu Bodhi. Buku tersebut telah diterbitkan di Indonesia melalui Wisma Sambodhi-Klaten pada edisi pertama November 2001, yang diterjemahkan oleh Dra. Lanny Anggawati dan Dra. Wena Cintiawati dengan judul "A�guttara Nik�ya"

Karya-karya Bhikkhu ��naponika telah diterbitkan oleh penerbit buku religius Buddhis diantaranya BPS (Buddhist Publications Society) dan Bodhi Leaves, pada penerbitan kedua kalinya itu dilakukan secara lebih luas oleh BPS, dan pada saat itu bertepatan dengan perayaan ulang tahun Bhikkhu ��naponika yang ke 93 tahun 1994 (3 bulan sebelum ia meninggal). Penyebaran buku-buku itu muncul sampai di Amerika Serikat. Buku yang telah diterbitkan adalah sebagai berikut:

The discourse on the snake simile, oleh BPS 1962
The way to freedom, dipublikasikan oleh BPS tahun 1994
The power of mindfullness, yang mana dalam buku ini berisi penjelasan mengenai Satipatthana
The roots of Good andEvil
Buddhism and the God idea.

Sebuah buku berjudul "Great disciples of the Buddha" yang ditulis oleh Hellmuth Hecker, menceritakan kehidupan siswa-siswa mulia Sang Buddha, termasuk di dalamnya bercerita mengenai kehidupan Bhikkhu ��naponika, yang dipublikasikan secara bersama antara Wisdom Publication dan Buddhist Publication Society (BPS). Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan Perancis, hingga tersedia pula bagi pembaca di kedua negara tersebut.


 7. Sharon Shalzberg 


Sharon telah menjadi seorang siswi Agama Buddha sejak tahun 1971, dan telah membimbing latihan meditasi yang meliputi banyak negara sejak tahun 1974. Ia mengajar latihan meditasi vipassan� dan Brahmavih�ra. Ia juga adalah salah satu pendiri Insight Meditation Society di Barre-MA, the Barre Center for Buddhist Studies dan The Forest Reguge.

Sekarang ini Shron telah menyelesaikan karya bukunya dengan judul Faith, yang penerbitannya oleh Riverhead books pada bulan Agustus 2002. Ia adalah penulis buku mengenai cinta kasih/metta "The revolutionary art of happiness" dan "A heart as wide as the world" oleh Shambala Publications, dan juga Lovingkindness meditation (dalam bentuk Audio) yang dikerjakan oleh Sounds True. Dan juga kawan penulis (Ko-Author) bersama Joseph Goldstein dari buku insight meditation, langkah langkah latihan dalam "how to meditate."

Ia juga yang telah mengedit "voice of insight", sebuah kumpulan dari karya guru vipassan� di Barat, yang dipublikasikan oleh Shambala.



Lihat tokoh Buddhis lainnya :

Tidak ada komentar: