Di dalam perkembangannya
Mahayana mengalami bermacam-macam pengaruh, di antaranya :
- gerakan Bakti
Bakti adalah penyembahan
pribadi yang berdasarkan kasih kepada dewa yang disembah yang digambarkan dalam
bentuk manusia. Sejak abad petama Masehi, Bakti mempengaruhi agama Buddha, dan
makin lama pengaruh itu makin kuat. Karena timbulnya unsur penyembahan ini
berubalah keterangan tentang ajaran mengenai tempat perlindungan orang Buddhis.
Di dalam agama Buddha Hinayana, Triratna, yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha, menjadi tempat perlindungan. Akan
tetapi di dalam Mahayana tempat perlindungan itu ialah para Bhudda, anak-anak
Buddha atau Bodhisattwa dalam arti yang luas dan Dharmakaya. Demikianlah di
dalam Mahayana timbul ajaran tentang banyak
Buddha, yang diuraikan secara mitologis.
Ajaran tentang banyak Buddha ini dijabarkan dari ajaran
tentang lima skandha, atau lima unsur yang
menyusun hidup manusia. Semula diajarkan, bahwa manusiaterdiri dari lima
skandha, yaitu: rupa (tubuh), wedana (perasaan),
samjna (pengamatan), samskara (kehendak, keinginan, dsb.),
dan wijnana (kesadaran). Ajaran ini
diterapkan terhadap diri Buddha sendiri. Diajarkan, bahwa Buddha juga terdiri
dari lima skandha, dan tiap skandha adalah seorang tokoh Buddha, yang disebut
Tathagata. (Di Tebet disebut Jina). Kelima Tathagata itu ialah :
1) Wairoscana
(Yang menerangi atau Yang
Bersinar)
2) Aksobhya (Yang Tenang, tak terganggu)
3) Ratnasambhawa
(Yang Dilahirkan dari
Permata)
4) Amitabha
(Terang yang kekal)
5) Amoghasiddhi (Keuntungan yang tak
binasa).
Para Tathagata ini berbeda sekali keadaannya
dengan Buddha yang biasa. Para Tathagata adalah Buddha senantiasa, tidak pernah
menjadi manusia, sedang Buddha yang biasa menjadi manusia.
Perkembangan lebih lanjut
adalah demikian, bahwa para Tathagata itu dihubungkan dengan penjuru alam. Lima
Tithagata itu dipandang bersama-sama membentuk tubuh alam semesta. Demikianlah
Aksobhya dipandang berkuasa di sorga sebelah timur, Ratnasambhawa di selatan,
Amitabha di barat, Amoghasiddhi di utara, dan Wairocana di tengah-tengah
langit.
- Aliran Tantra
Pengaruh Tantra menimbulkan pada Mahayana ajaran
tentang Adhi Buddha, yaitu Buddha
yang pertama, yang dipandang sudah ada pada mula pertama, yang tanpa asal, yang
berada karena dirinya sendiri, yang tak pernah tampak karena berada di
dalam Nirwana.
Hakikat Adhi Buddha adalah
terang yang murni. Ia timbul dari sunyata, kekosongan. Dengan lima macam
permenungan (dhyana) sang Adhi Buddha
mengalir dari dirinya lima Buddha, yang disebut Dhyana Buddha, yaitu: Wairocana, Aksobhya, Ratnasambhawa, Amitabha, dan Amoghasiddhi.
Para Dhyani Buddha ini dipandang menguasai daerahnya sendiri-sendiri, yang
disebut Buddha-ksetra. Daerah-daerah itu ada yang digambarkan seperti alam yang
murni dan ada yang kurang murni, sesuai dengan tugas Dhyani Buddha
masing-masing. Di dalam daerahnya itu masing-masing mengajarkan Dharmanya
kepada para makhluk dan menolong manusia untuk mendapatkan pencerahan.
Dengan daya pengetahuan serta
permenungannya para Dhyani Buddha melahirkan lima Bodhisattwa, yang disebut:
1) Dhyani Bodhisattwa,
yaitu Wairocana melahirkan Samantabhadra.
2) Aksobhya melahirkan wajrapani.
3) Ratnasambhawa melahirkan Ratnapani
4) Amitabha melahirkan Padmapani atau Awalokiteswara.
5) Amohasiddhi melahirkan Wispapani.
Para Dhyani Bodhisattwa ini adalah pencipta alam
bendani. Dunia yang mereka jadikan dapat binasa. Ada tiga yang sudah binasa.
Dunia yang sekarang adalah dunia yang keempat, hasil karya Awalokiteswara, yang
memiliki Amitabha sebagai pelindungnya.
Akhirnya para Dhyani
Bodhisattwa memantulkan diri pada lima Buddha dalam bentuk manusia, yang
disebut: Manusia Buddha, yaitu secara
beruntun: Krakucchanda, Kanakamuni,
Kasyapa, Sakyamuni, dan Maitreya. Mereka
adalah guru utusan para Dhyani
Bodhisattwa.
Kesatuan ajaran tentang Buddha
yang bermacam-macam itu didapatkan dalam ajaran tentang tiga tubuh Buddha (trikaya). Ketiga tubuh itu adalah: Dharmakaya, Sambhogakaya, dan Nirmanakaya. Dharmakaya adalah tubuh
kebahagiaan, tubuh hakiki, sedang Sambhogakaya
adalah penjelmaan sorgawi Dharmakaya dan Nirmanakaya adalah tubuh penampakan, emanasi (pengaliran),
transformasi atau pemantulan tubuh sorgawi, yaitu tubuh yang tampak pada tiap
Manusia Buddha.
Di dalam agama Hindhu,
Dharmakaya adalah Brahman, yang tanpa
waktu dan tanpa sifat, sedang Sambhogakaya direalisasikan dalam bentuk Iswara. Adapun Nirmanakaya adalah
penampakan Iswara dalam Awataranya atau
penitisannya.
Sebutan lain dari Dharmakaya
adalah Swabhawakaya atau tubuh yang
menampakkan tabiat atau hakikatnya sendiri, jadi sama dengan apa yang di dalam
agama Hindhu disebut Swarupa, bentuknya
sendiri. Selanjutya Dharmakaya juga disebut Sunya,
yang kosong Nirwana, kelepasan
yang kekal, Bodhi, hikmat, Prajna, hikmat ilahi, Tathagatagarbha, kandungan Tathagata,
dan sebagainya. Dari sebutan-sebutan itu jelaslah bahwa Dharmakaya adalah suatu
asas jiwani, yang meliputi segala
sesuatu, yang tak terselidiki. Kadang-kadang Dharmakaya dipersonifikasikan
sebagai Adhi Buddha, kadang-kadang
sebagai Wairocana, jika Wairocana
dipandang sebagai Buddha yang tertinggi.
Sebagai Buddha yang tertinggi
Dharmakaya dipandang memiliki saktinya, yaitu
Prajnaparamita, Hikmat yang
Tertinggi, atau Budhi. Prajnaparamita
juga dipakai sebagai sebutan kitab, atau kelompok kitab-kitab dalam Mahayana.
Akhirnya Prajnaparamita dipersonifikasikan juga sebagai seorang Dewi, seperti halnya dengan sakti di
dalam agama Hindu.
Prajnaparamita (sakti)
dipandang sebagai satu dengan Dharmakaya, sama seperti sakti adalah satu dengan
Siwa. Oleh karena itu, maka
Prajnaparamita dipandang juga sebagai “kebuddhaun”,
tempat tiap Bodhisattwa dilarutkan, atau menjadi fana. Selanjutnya
Prajnaparamita juga dipandang dengan Ibu-Buddha,
yang mengandung Buddha, yang menjadi sumber segala sesuatu yang ada, baik
jasmani maupun rohani.
Sambhogakaya adalah
penjelmaan Dharmakaya dalam alam sorgawi. Di situ Sambhogakaya dipandang sama
dengan para dewa di sorga, yang memiliki namarupa,
tetapi yang mahatahu, yang berada dimana-mana dan mahakuasa. Buddha dalam
arti ini dapat disamakan dengan Iswara di
dalam agama Hindu, yang dapat disembah dengan bermacam-macam sebutan, seperti
misalnya: Siwa dan Wisnu. Di dalam agama Buddha Mahayana, Buddha-buddha ini
disebut Dhyani Buddha.
Buddha yang berfungsi sebagai
dewa pada zaman sekarang ini adalah Amitabha
atau Amida. Ia memerintah di dalam
sorganya Sukhawati di sebelah barat.
Sebagai juru selamatnya atau Dhyani Bodhisattwanya adalah Awalokiteswara, sedang Guru atau Utusannya adalah Gautama.
Akhirnya, Nirmanakaya, adalah daratan Buddha yang tampak mengalir atau
dipantulkan dari Sambhogakaya. Tubuh ini ditampakkan oleh Sakyamuni atau
Gautama, setelah ia menjadi Buddha.
Demikianlah ajaran tentang
Trikaya mempersatukan Buddha yang bermacam-macam tadi. Tiap Buddha mendapat
bagian dari tabiat Trikaya itu. Hakikat Buddha yang sebenarnya adalah Budhi,
pencerahan.[1]
Sekte-sekte dalam agama Buddha mahayana
Dari permulaan sekali mengenai usaha untuk menguraikan sekte-sekte ini
dan cabang-cabang dari mereka itu.. haruslah ditekankan bahwa mereka bukanlah
mazhab atau sekte seperti yang ditemukan ada dalam agama lain.[2]
1.
Sekte Madhyamikavada (kebijaksanaan baru)
2.
Sekte kebaktian
3.
Sekte ‘Bumi-Suci’ (Sukhavati, the pure-land school,
ching-tu)
4.
Sekte yogacara
5.
Sekte meditasi (sekte Dhyana)
[1] Harun Hadiwijono, Agama Hinda dan Buddha, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009), Cet.
Ke-16, h. 91-96.
[2] Suwarto.
T, “Buddha Dharma Mahayana”, Hal: 350
Tidak ada komentar:
Posting Komentar