Doktrin Meditasi Dalam ZEN
Zazen
(Meditasi Zen) adalah suatu bentuk meditasi yang fungsinya sebagai
pusat dari Zen. Umat Budha Zen biasa disebut sebagai "umat Budha yang
melakukan meditasi". Pada dasarnya, zazen adalah ilmu yang mempelajari
diri sendiri. Dalam zazen, Anda akan merasakan bahwa dengan fokus pada
nafas, kesadaran Anda pun akan meningkat.
Seorang guru Zen, Master Dogen mengatakan, "Untuk mempelajari jalan hidup Buddha adalah dengan mempelajari diri sendiri. Mempelajari diri dilakukan dengan melupakan diri, dan kita bisa melupakan diri dengan tercerahkan oleh puluhan ribu hal lain."
"Kita bisa tercerahkan oleh puluhan ribu hal itu dengan cara menyadari
satunya diri kita dengan ribuan hal itu," lanjutnya. Saat mengalami
pencerahan, Buddha sedang bermeditasi dalam keadaan duduk. Maka latihan dalam Zen tidak pernah jauh dari bentuk meditasi duduk.
Selama dua ribu lima ratus tahun bentuk meditasi tersebut terus berlanjut, dari generasi ke generasi. Meditasi ini merupakan hal terpenting yang menjadi warisan turun-temurun. Bentuk praktek meditasi ini sudah menyebar dari India ke negeri Cina, ke Jepang, dan negeri-negeri lain di Asia, lalu akhirnya ke Barat. Meditasi Zen merupakan latihan yang sederhana, mudah dijelaskan dan mudah pula dilakukan. Tapi seperti halnya latihan-latihan lain, untuk bisa dialami, harus dilakukan dulu.
Kita cenderung melihat tubuh, nafas, dan pikiran sebagai hal-hal yang
terpisah, tapi dalam zazen, ketiganya ini tergabung seperti satu hal. Yang terutama harus diperhatikan adalah posisi tubuh dalam zazen. Tubuh kita punya caranya sendiri dalam berkomunikasi ke luar dan ke dalam dirinya. Posisi tubuh kita berkaitan erat dengan apa yang sedang terjadi dalam pikiran maupun nafas Anda.
Mulai Dengan Posisi Tubuh Yang Benar
Zazen adalah suatu bentuk pelatihan mental atau spiritual yang berasal dari India. Ketika melakukan Zazen, praktisi duduk dengan postur tubuh yang benar, bernafas secara teratur, dan meninggalkan pikiran duniawi. Zazen diperkenalkan ke Jepang dari Cina, dan sekte yang didirikan menggunakan metode untuk mencapai pencerahan spiritual.
Selama bertahun-tahun evolusi agama Buddha, posisi tubuh zazen yang
paling efektif adalah bentuk piramid bagaikan Buddha yang sedang duduk.
Duduk di lantai lebih disarankan karena lebih stabil. Gunakan bantal
kecil, disebut zafu dalam bahasa Jepang, untuk sedikit meninggikan
bagian belakang tubuh, agar kedua lutut bisa menyentuh lantai. Dengan
bagian belakang tubuh pada bantal dan kedua lutut menyentuh lantai,
posisi tubuh Anda membentuk tripod dengan keseimbangan 360 derajat.
Bagaimana dengan kaki kita? Banyak posisi yang bisa dicoba dalam keadaan duduk seperti ini. Yang paling sederhana adalah posisi Burma. Kaki menyilang dan kedua telapak merapat dengan lantai. Kedua lututpun rapat menyentuh lantai, walau untuk bisa melakukan posisi ini memang perlu banyak latihan.
Pertama kali mungkin otot Anda merasa tegang, tapi tidak lama akan ototpun akan mengendor dan kedua lutut akan jatuh. Untuk mempermudah, duduklah di atas sepertiga bagian bantal, dan condongkan badan sedikit ke depan.
Bayangkan bagian atas kepala Anda seakan menekan ke arah langit-langit dan dengan menarik tubuh Anda ke atas seperti itu, tulang punggung menjadi tegak. Lalu kendorkan otot, dan santaikan diri Anda. Dengan bokong dikencangkan dan perut Anda dikedepankan sedikit, akan terasa lekukan di punggung Anda. Dalam posisi ini, dengan sendirinya tubuh Anda tetap tegak.
Ada beberapa posisi lain yang bisa Anda coba, ini bisa Anda lihat langsung di situs yang memuat instruksi meditasi Zen ini. Salah satunya duduk di kursi, tapi selalu gunakan kursi dengan bantal, dan telapak kaki rata pada lantai.
Kenapa punggung yang lurus itu penting dalam meditasi? Diafragma Anda bisa bergerak bebas, dan ini baik untuk pernafasan. Nafas yang dilakukan dalam zazen sangatlah dalam. Perut Anda akan naik turun seperti perut bayi saat bernafas. Biasanya makin kita dewasa, pernafasan kita menjadi semakin terhambat, tidak pernah penuh. Kita cenderung bernafas pendek-pendek dan menggunakan bagian atas dada.
Selama meditasi Zen ini, mulut selalu tertutup, dan bernafas melalui hidung. Lidah ditekan sedikit ke langit-langit mulut. Hal ini bisa mengurangi rasa ingin menelan ludah (posisi lidah seperti ini penting untuk melancarkan perputaran enerji dalam tubuh, red.). Pandangan mata ke arah bawah, dengan menatap ke lantai/tanah pada titik sejauh sekitar setengah sampai satu meter di depan Anda. Dagu sedikit ditarik ke dalam.
Zazen ini tampaknya sangat disiplin, tapi otot-otot Anda harus tetap santai. Jangan ada ketegangan pada tubuh. Dada tidak condong ke depan maupun ke belakang. Tangan? Terlipat dalam mudra (fokus) kosmik. Tangan yang dominan (kiri bagi yang kidal) menghadap ke atas memegang tangan satunya lagi yang juga terbuka ke atas. Kedua jempol sedikit menyentuh, sehingga bentuk kedua tangan menjadi oval. Jika Anda bersila dalam gaya lotus/teratai, tempatkan mudra pada kedua tumit. Dalam posisi Burma, mudra bisa diletakkan pada paha.
Fokus Pada Hara, Lalu Pada Nafas
Mudra kosmik ini akan menarik perhatian Anda ke dalam diri. Banyak cara untuk memfokuskan pikiran: ada gambar-gambar seperti mandala yang dalam banyak tradisi sering digunakan untuk konsentrasi. Bisa juga memakai mantera (mantera hanya istilah untuk suatu kata yang diucapkan berulang-ulang, Anda bisa menggunakan kata apapun sesuai kepercayaan Anda, misalnya nama Tuhan, red.).
Banyak bentuk mudra dalam berbagai kepercayaan dan agama Timur. Dalam zazen, fokus kita adalah pernafasan. Nafas adalah kehidupan. Kata "spirit" berarti nafas. Kata "ki" dalam bahasa Jepang atau "chi" dalam bahasa Cina, yang keduanya berarti kekuatan atau enerji, juga berasal dari nafas. Nafas adalah kekuatan vital, pusat kegiatan tubuh kita. Pikiran dan nafas juga satu. Saat pikiran terganggu, nafas terganggu, juga sebaliknya.
Dalam zazen, penting untuk memusatkan perhatian pada hara. Hara adalah satu titik pada tubuh kita yang terletak sekitar lima sentimeter di atas pusar. Hara merupakan pusat fisik dan spiritual dari tubuh kita. Pusatkan perhatian Anda ke sana, arahkan pikiran ke titik ini. Semakin Anda mengembangkan zazen, Anda akan makin menyadari bahwa hara adalah pusat perhatian Anda.
Kita bisa mulai dengan menghitung nafas kita. Menghitung tiap tarikan dan hembusan, sampai nafas ke sepuluh, lalu kembali lagi menghitung dari satu. Hitungan ini dilakukan sebagai umpanbalik untuk diri kita agar kita sadar bila pikiran kita telah terbang ke mana-mana. Tentu, makin lama bukan hitungan yang jadi perhatian Anda, tapi nafas itu sendiri.
Biarkan nafas Anda yang 'melakukan pernafasan'.
Tiap kali Anda kembali mengarahkan pikiran pada nafas, Anda mengumpulkan kekuatan pada diri untuk bisa mengarahkan perhatian pada hal yang Anda ingin perhatikan, selama yang Anda mau. Fakta yang sederhana ini sangat penting. Kekuatan konsentrasi ini disebut joriki. Joriki bisa muncul dalam banyak bentuk. Joriki ini merupakan sentral dari seni bela diri maupun seni visual dalam Zen. Sebenarnya, Joriki ini merupakan sumber dari segala kegiatan dalam hidup kita.
Anda tahu? Dalam sebuah semedi yang khidmat, dalam zazen yang khusuk, seseorang bernafas dalam frekuensi dua sampai tiga kali semenit. Bandingkan dengan orang yang sedang tidur, dengan frekuensi nafas lima belas kali semenitnya. Detak jantung, sirkulasi, metabolisme, semua melambat dalam meditasi yang khusuk ini. Seluruh tubuh mencapai titik hening yang tidak bisa diperoleh dengan tidur biasa.
Jika Anda rajin melatih diri dengan zazen ini, dalam waktu tidak lama,
kesadaran Anda akan makin tajam, dengan sendirinya juga insting ataupun intuisi. Anda akan lebih menyadari adanya banyak hal yang sebelumnya selalu ada tapi tidak pernah Anda perhatikan.
Yang penting, lepaskan pikiran bahwa Anda melakukan zazen untuk mencapai kondisi tertentu. Lepaskan saja diri Anda saat melakukannya, pasrah. Karena terlalu sibuk mengurusi "percakapan internal" dalam diri Anda, Anda jadi tidak mampu melihat dengan baik segala yang terjadi di sekitar Anda. Proses zazen ini membuka diri Anda.
Kegiatan mental dan enerji kita sering tersebar percuma, membuat kita
terpisah satu sama lain, dari lingkungan, bahkan dari diri sendiri. Dalam
proses zazen ini, segala aktivitas yang terjadi di permukaan pikiran
ditenangkan, sehingga bagai permukaan danau, yang berada di dalam danau itu jadi terlihat jelas. Anda pun bisa melihat jelas diri Anda sebenarnya.
terpisah satu sama lain, dari lingkungan, bahkan dari diri sendiri. Dalam
proses zazen ini, segala aktivitas yang terjadi di permukaan pikiran
ditenangkan, sehingga bagai permukaan danau, yang berada di dalam danau itu jadi terlihat jelas. Anda pun bisa melihat jelas diri Anda sebenarnya.
sumber: Zen Mountain Monastery
Seorang imam melakukan tidak ada pekerja yang produktif, tetapi hidup dengan mengemis makanan dan uang. Ini disebut takuhatsu dan merupakan metode menonjolkan diri sendiri dan menjadi bebas dari kesombongan.
Doktrin zen Buddhisme dapat digambarkan sebagai komunikasi tanpa kata, atau ungkapan tanpa bahasa. Ini adalah prinsip dasar zen bahwa kebenaran hanya bisa dicapai melalui pengalaman langsung. Berbagai metode pelatihan termasuk zazen bekerja untuk mencapai tujuan ini.
Organisasi Buddhis Pasca Kemerdekaan Indonesia
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1969 telah terdapat
berbagai organisasi Buddhis yang merupakan organisasi sosial kemasyarakatan dan sekaligus
melakukan pengembangan kualitas umat dan kualitas kehidupan beragama umat Buddha.
Diantaranya adalah :
1. Gabungan Tridharma Indonesia (GTI)
Gabungan Tridharma Indonesia adalah merupakan penggabungan beberapa Sam Kauw Hwee. Perkumpulan Sam Kauw Hwee Indonesia bergabung dengan Thian Lie Hwee yang dipimpin oleh almarhum Ong Tiang Biauw (yang kemudian menjadi Bhikkhu Jinaputta) dan Gabungan Khong Kauw Hwee Indonesia (GAPAKSI). Bagian kebaktian dari Sin Ming Hui (Perkumpulan Sosial Candrayana) dan Buddha Tengger, membentuk Gabungan Sam Kauw Indonesia (GKSI) di bawah pimpinan The Boan An sebagai ketua pada tahun 1953. Setelah The Boan An di tasbihkan menjadi Bhikkhu pada tahun 1954 di Myanmar dengan nama Bhikkhu Jinarakkhita, ketua GKSI beralih kepada DRS. Khoe Soe Kiam (Drs. Sasana Surya). Pada tahun 1962, GKSI berganti nama menjadi Gabungan tridharma Indonesia (GTI).
2. Perhimpunan Buddhis Indonesia (PERBUDHI)
Beberapa tokoh umat Buddha dari suku Jawa, diantaranya Sosro Utomo dari Buddha Tengger, melihat bahwa sukar bagi orang Jawa untuk tetap bergabung dengan GTI. Oleh sebab itu untuk pertumbuhan umat disarankan membentuk organisasi baru yang memungkinkan orang Jawa menjadi anggotanya. Tahun 1967 dibentuk Persatuan Buddhis Indonesia (PERBUDHI) dengan ketua umum pertamanya Sosro Utomo. Dalam kongres pertamanyatahun 1978 diganti namanya menjadi Perhimpunan Buddhis Indonesia (PERBUDHI) dengan ketua umum Sariputra Sudono, dan kemudian berturut-turut sebagai ketua umum adalah Kolonel Soemantri M.S. dan Brigjen. Suraji A.A. Atas usaha Bhikkhu JInarakkhita Perbuddhi dengan cepat berkembang dan menyebar ke luar pulau Jawa. Sejak permulaan tahun 60-an kelihatan ketidak-serasian antara Bhikkhu Jinarakkhita dan Perbudhi dengan GTI, yang pada akhirnya berakibat GTI melarang anggotanya menjadi anggota Perbudhi.
3. Musyawarah Umat Buddha Seluruh Indonesia (MUSBI)
Dalam tubuh Perbudhi terdapat kelompok Upasaka dan Upasika yang merupakan kelompok elit dalam Perbudhi. Kelompok ini harus menjadi anggota perbudhi dan terikat dalam persaudaraan yang disebut Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI) yang dibentuk pada tahun 1956 oleh Bhikkhu Jinarakkhita dan merupakan pembantu Sangha dan bertanggung jawab kepada Sangha Suci Indonesia pimpinan Bhikkhu Jinarakkhita. Beberapa anggota Perbudhi dari Yogya dan Jawa Tengah menentang adanya kelompok ini. Mereka berpendapat bahwa roda organisasi Perbudhi tidak dapat berjalan dengan baik karena Upasaka-Upasika ini tidak tunduk kepada keputusan kongres, tetapi kepada Sangha. Sedangkan pihak lainnya memandang perlu adanya PUUI. Tahun 1962 mereka yang menolak PUUI menyatakan keluar dari Perbudhi dan membentuk Musyawarah Umat Buddha Seluruh Indonesia (MUSBI) dibawah pimpinan Drs. Soeharto Djojosumpeno dari Yogya, yang terakhir menjabat sebagai staf pada Lemhanas.
4. Buddhis Indonesia
Tahun 1965 Perbudhi cabang Semarang melepaskan diri dari Perbudhi dan membentuk Buddhis Indonesia yang bermarkas di Vihara Tanah Putih Semarang.
Buddhis Indonesia mendapat
dukungan dari berbagai cabang Perbudhi di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan menyatakan diri
menjadi cabang Buddhis Indonesia. Awal perpecahan ini adalah ketidak-serasian dan masalah
pribadi antara tokoh-tokoh Busshid di Semarang dan Jawa Tengah dengan tokoh sentral umat
Buddha, tetapi sebagai alasan untuk keluar dari Perbudhi adalah keikut-sertaan Perbudhi
dalam Konferensi World Buddhists of Fellowship (WFB) di Bangkok yang hadir pula utusan
dari Malaysia.
Pada waktu itu Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.
Pada bulan Juli 1965 diadakan pertemuan antar
organisasi-organisasi Buddhis yang ada untuk membuat landasan kerukunan dan kerjasana.
Pertemuan ini dilanjutkan lagi pada bulan Agustus 1966 dan Oktober 1966. Pada pertemuan
mereka bulan Februari 1967 berhasil dibentuk Federasi Umat Buddha Indonesia yang
anggotanya adalah :
1. Buddhis Indonesia
2. Gabungan Tridharma Indonesia
3. Musyawarah Umat Buddha Seluruh Indonesia
4. Agama Hindu-Buddha Tengger
5. Agama Buddha Wisnu Indonesia
2. Gabungan Tridharma Indonesia
3. Musyawarah Umat Buddha Seluruh Indonesia
4. Agama Hindu-Buddha Tengger
5. Agama Buddha Wisnu Indonesia
Perbudhi tidak mau bergabung dengan Federasi Umat Buddha Indonesia
karena diantara anggota Federasi Umat Buddha Indonesia ini ada yang telah mengeluarkan
pernyataan bersama yang merugikan Sangha Suci Indonesia dan Perbudhi.
Dalam Maha Samaya II
(kongres PUUI) yang diselenggarakan 16-18 Maret 1969 di Bandung, yang dihadiri pula oleh
Perbudhi dan Maha Sangha Indonesia, dibentuk Majelis Tertinggi Seluruh Umat Buddha
Indonesia yang berfungsi menetapkan kebijaksanaan dalam keagamaan dan bertanggung jawab
kepada Maha Sangha Indonesia. Pimpinan majelis ini adalah Bhikkhu Girirakkhito (ketua
umum) dan Brigjen Suraji Aryakertawijaya (sekjen).
Pada tahun 1959 oleh Bhikkhu Jinarakkhita dibentuk Sangha
Indonesia yang terdiri dari bhikkhu-bhikkhu dan samanera yang ditasbihkan menurut mazhab
Theravada. Kemudian Sangha Indonesia diubah menjadi Sangha Suci Indonesia dan pada tahun
1968 diubah lagi menjadi Maha Sangha Indonesia yang terdiri dari bhikkhu-bhikkhu Theravada
dan Mahayana.
Perpecahan dan perselisihan diantara umat Buddha sampai tahun 1969
pada umumnya didasarkan pada perselisihan pribadi. Perpecahan diantara para bhikkhu dalam
Maha Sangha Indonesia diwarnai dengan adanya perbedaan dalam pemahaman Vinaya dan Dharma.
Beberapa bhikkhu Theravada menghendaki para bhikkhu tidak campur
tangan mengenai perpecahan ini dan berdiri sendiri sebagai panutan. Karena usaha ini tidak
berhasil, maka para bhikkhu tersebut keluar dari Maha Sangha Indonesia ada membentuk
Sangha Indonesia pada tanggal 12 Januari 1972.
Sangha Indonesia mendapat dukungan dari organisasi-organisai yang
terhimpun dalam Federasi Umat Buddha Indonesia dan dari organisasi lain seperti Perbudhi
dan Persaudaraan Umat BUddha Salatiga.
Dukungan PErbudhi terhadap Sangha Indonesia dan
menyatakan sebagai Pengayom Perbudhi disamping Maha Sangha Indonesia telah menyebabkan
PUUI, yang namanya telah diganti menjadi Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI)
menyatakan keluar dari Perbudhi.
Untuk mencegah perpecahan supaya tidak meluas, atas prakarsa
Brigjen Saparjo, dilakukan pertemuan untuk mengadakan musyawarah. Setelah beberapa kali
pertemuan, pada tanggal 26 Mei 1972 dibuat ikrar di Candi Borobudur untuk membentuk wadah
tunggal umat Buddha Indonesia. Ikrar tersebut ditanda-tangani oleh:
1.Suryaputta Ks Suratin (Buddhis Indonesia)
2.Brigjen Sumantri MS (MUABI)
3.Brigjen Suraji Ariya kertawijaya (Perbudhi)
4.Djoeri (MUSBI)
5.Drs. Sasana Surya (GTI)
6.Soepangat Prawirokoesoemo SH (Persaudaraan Umat Buddha Salatiga)
2.Brigjen Sumantri MS (MUABI)
3.Brigjen Suraji Ariya kertawijaya (Perbudhi)
4.Djoeri (MUSBI)
5.Drs. Sasana Surya (GTI)
6.Soepangat Prawirokoesoemo SH (Persaudaraan Umat Buddha Salatiga)
Wadah tunggal itu merupakan peleburan semua organisasi Buddhis dan
bernama Buddha Dharma Indonesia disingkat BUDHI. Disamping itu juga dibentuk Majelis
Buddha Dharma Indonesia yang anggotanya terdiri dari para pemuka agama Buddha dan
cendikiawan Buddhis dari berbagai sekte. Majelis ini berfungsi menetapkan kebijaksanaan
keagamaan.
Pada tanggal 14 Januari 1974, atas prakarsa Dirjen Bimas
Hindu-Buddha, diadakan pertemuan antara Sangha Indonesia dan Maha Sangha Indonesia. Dalam
peretemua itu, disepakati untuk melebur Sangha Indonesia dan Maha Sangha Indonesia menjadi
Sangha Agung Indonesia dan setiap bhikkhu akan melaksanakan Vinaya berdasarkan sekte
masing-masing. Terpilih sebagai ketua adalah MNS Jinarakkhita dan wakilnya Bhikkhu
Jinapiya Thera.
Akan tetapi, pertemuan selanjutnya untuk menetapkan antara lain
struktur dan fungsi organisasi Sangha Agung Indonesia tidak pernah dpat dilaksanakan.
Konsensus yang dibuat pada tanggal 14 Januari tersebut tidak dapat diwujudkan.
Sebegitu jauh kerukunan, persatuan dan kesatuan masih belum dapat
diwujudkan, sedangkan pertentangan antar organisasi makin meningkat, atas dasar Dirjen
Bimas Hindu-Buddha dilakukan pertemuan pimpinan organisasi Buddhis dan para pemuka agama
Buddha pada tahun 1976 di Jakarta.
Dalam pertemuan itu disadari bahwa organisasi Buddhis
mempunyai dua bentuk kegiatan, yaitu : aspek sosial kemasyarakatan dan aspek pembinaan
kehidupan keagamaan yang dilakukan oleh para rohaniawan dari sekte yang bersangkutan.
Dalam keadaan yang demikian sukarlah untuk terbentuk satu wadah tunggal bagi umat Buddha
karena masing-masing sekte mempunyai tradisi dan upacara keagamaan yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu kedua aspek kegiatan organisasi Buddhis yang ada
dipisahkan dan masing-masing dihimpun dalam wadah tunggal.
Aspek sosial kemasyarakatan dihimpun dalam wadah tunggal non
sektarial yang dinamakan Gabungan Umat Buddha Seluruh Indonesia (GUBSI) dibawah pimpinan
R. Eko Sasongko Pratomo SH (ketua) dan Drs. Aggi Tjetje (sekjen). Aspek kerohanian menjadi
Majelis Agama yang mewakili sekte agama Buddha yang ada.
Bidang kerohanian BUDHI tumbuh
menjadi Majelis Pandita Buddha Dharma Indonesia ( MAPANBUDHI). Dari kelompok Tridharma,
dinamakan Majelis Rohaniawan Tridharma se Indonesia ( Martrisia). Kemudian dalam pertemuan
berikutnya, dibentuk Majelis Agung Agama Buddha Indonesia MABI yang berbebtuk federasi.
MUABI kemudian mengundurkan diri dari MABI. MUABI pecahannya
menjadi Lembaga Dharmaduta Kasogatan Indonesia yang akhirnya menjadi Majelis Dharmaduta
Kasogatan Tantrayana Indonesia, yang di pimpin oleh alm Giriputta Sumarsono dan kemudian
Drs. Oka Diputhera. MUABI kemudian diganti menjadi Majelis Buddhayana Indonesia (MBI).
Bhikkhu-bhikkhu Theravada yang terhimpun dalam Sangha Agung
Indonesia mengundurkan diri dan bersama-sama dengan bhikkhu-bhikkhu Theravada yang baru
pulang dari belajar diluar negri, membentuk Sangha Theravada Indonesia.
Demikian pula
dengan Bhikkhu Mahayana yang ada di Sangha Agung Indonesia mengundurkan diri dan kemudian
membentuk Sangha Mahayana Indonesia. Dengan demikian di Indonesia terdapat tiga Sangha :
Sangha Agung Indonesia, Sangha Theravada Indonesia dan Sangha Mahayana Indonesia.
Lebih lanjut, Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara mengadakan
pertemuan dengan pimpinan semua majelis dan sangha yang ada di Indonesia. Dalam pertemuan
ini semua majelis ada sangha menyatakan semua sekte agama Buddha yang ada, berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan sebutan yang berbeda-beda.
Dalam pertemuan ini dibentuk
Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI) yang mewakili umat Buddha pada tahun 1978. Nama
Perwalian Umat Buddha Indonesia di berikan oleh Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara.
Lambang Organisasi Buddhis Indonesia
Ikatan Pembina Gelanggang Anak-Anak Buddhis Indonesia
Sarjana dan Profesional Buddhis Indonesia
Sangha Agung Indonesia
Sejarah Dinasti Cina
Asia Timur sering disebut dengan istilah Timur Jauh, terjemahan dari
bahasa Inggris The Far East. Istilah dalam bahasa Inggris, The Far East
itu merupakan imbangan terhadap istilah-istilah The Near East dan The
Middle East.
Selama berabad-abad Asia Timur berada dalam isolasi
relatif, karena berabad-abad sampai pertengahan abad 19, terletak
dipinggiran daratan Asia sebelah timur teristimewa jauh dari jangkauan
pengaruh kekuasaan Eropa.
Masyarakat-masyarakat di Asia Timur juga
berabad-abad berada dalam kestabilan relatif atau kemantapan relatif,
karena dijiwai oleh kekuatan-kekuatan spritual yang hampir sama. Pada
umumnya kekuatan spiritual yang memenatapkan masyarakat Asia Timur
sampai abad ke 20 bersumber dari Kebudayaan Cina. Sampai abad ke 19 pengaruh kebudayaan Cina
masih kuat dalam masyarakat Asia Timur.
Cina merupakan induk dari
peradaban di Asia Timur. Walaupun ada perbedaan besar antara masyarakat
di Jepang, Korea dan Cina, tapi jiwa dari kebudayaan daerah-daerah
tersebut hampir sama. Korea dan Jepang sangat mewarisi kebudayaan Cina. Jepang menerima warisan kebudayaan dari Cina baik melalui Korea maupun dari Cina langsung.
Cina adalah negara terbesar di Asia timur dan selama berabad-abad selalu menduduki posisi penting dalam sejarah Asia Timur. Sampai akhir abad ke 19, Korea dan Jepang kebudayaannya masih berinduk pada Cina. Cina merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur.
Cina adalah negara terbesar di Asia timur dan selama berabad-abad selalu menduduki posisi penting dalam sejarah Asia Timur. Sampai akhir abad ke 19, Korea dan Jepang kebudayaannya masih berinduk pada Cina. Cina merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur.
Cina juga merupakan negara yang memiliki peradaban tua. Cina memiliki
wilayah yang begitu luas serta keadaan alam yang sangat heterogen,
sejarah bangsa Cina juga sudah di mulai berabad-abad sebelum masehi.
Dataran Cina sangatlah luas dan ada beberapa macam-macam tanah dan
daerah. Hal ini akan menyebabkan bermunculan berbagai tanaman, tumbuhan
dan binatang.
Daerah yang beraneka ragam merupakan salah satu faktor
tumbuh dan berkembangya kebudayaan suatu negara. Hal yang istimewa dari
Cina walaupun wilayahnya luas dan berbeda namun tetap bisa bersatu.
A. AWAL PERADABAN DI CINA
A. AWAL PERADABAN DI CINA
Cina merupakan salah satu negara di daratan Asia timur memiliki peradaban yang cukup tua. Wilayah Cina merupakan wilayah yang cukup terisolir oleh gurun dan pegunungan-pegunungan yang membentang luas di sekitar wilayah Cina.
Masyarakat Cina terdiri dari lima etnis yaitu
bangsa Han, Manchu, Mongol, Tark dan Tibet. Dalam perkembanganya wilayah
Cina yang terisolir tapi wilayah Cina memiliki keunikan tersendiri
yaitu dari segi tulisan yang berbeda, walaupun wilayah Cina begitu luas
namun dapat bersatu.
Namun karena terisolirnya wilayah Cina menyebabkan
mereka tidak mengetahui perkembangan peradaban yang berada di luar
wilayahnya. Sehingga bangsa Cina merasa menjadi pusat peradaban karena
memiliki peradaban tertinggi di antara wilayah di sekitarnya diantaranya
Korea, Jepang dan Indocina.
Tapi hal itu disebabkan Cina tidak
mengetahui dunia luar yang sudah maju seperti Mesir, Mesopotamia, dan
negara-negara Eropa.
Dengan kondisi yang terisolir namun Cina memiliki kekayaan alam yang
luar biasa, maka mata pencaharian orang-orang tidak jauh-jauh dari
kekayaan alamnya, yaitu pertanian. Corak pertanian di Cina ialah
mengolah setiap jengkal tanah dengan intensif.
Pada saat itu pertanian
sawah berkembang lebih dari yang lain, karena jenis pertanian ini lebih
cocok di sub tropis yang memiliki banyak air untk mendukung tanaman
padi. Sementara itu untuk perternakan dilakukan nomadic, ciri khas
mereka adalah menggunakan tenda, sehingga mudah bila ingin
berpindah-pindah.
Hewan yang diternakan yaitu sapi, domba, kuda dan lain
lain. Hewan-hewan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan nomadic
seperti susu, daging, keju, mentega, kulit dan wol. Jadi pada masa ini
mata pencaharian orang-orang Cina kuno dibagi menjadi tiga yaitu
pertanian, peternakan dan campuran antara keduanya.
Tanah yang subur pada umumnya terletak di lembah sungai yang sangat padat penduduknya. Tidak seluruh Cina subur tanahnya, terdapat juga gurun dan padang rumput. Luas tanah yang subur hanya sebagian kecil wilayahnya. Tanah loss di Cina Utara subur asal ada air.
Tanah yang subur pada umumnya terletak di lembah sungai yang sangat padat penduduknya. Tidak seluruh Cina subur tanahnya, terdapat juga gurun dan padang rumput. Luas tanah yang subur hanya sebagian kecil wilayahnya. Tanah loss di Cina Utara subur asal ada air.
Di Honan,
Shausi dan Shensi orang sangat hemat dengan tanah sehingga banyak orang
membuat rumah di Tanah Loss di kaki bukit, supaya tersedia cukup tanah
untuk pertanian. Dalam membuka lahan pertanian, hutan-hutan dibakar
tanpa memperhitungkan akibatnya.
Dahulu keadaan Tanah Loss berbeda
dengan sekarang, sekarang daerah ini gundul dan kering. Hujan di Cina
Utara sangat terbatas sehingga musim kemarau dan banjir sering
menimbulkan bahaya kelaparan. Sekarang di RRC mengadakan penghijauan di
Shansi dan Shensi.
Di Sungai Kuning dibangun sebuah bendungan raksasa
untuk menaggulangi banjir dan mengairi daerah pertanian. Bendungan
raksasa juga dibangun di Sungai Huai untuk maksud yang sama.
Sementara di Cina Selatan lebih banyak turun hujan dan waktu bercocok tanam tidak terlalu dipengaruhi oleh musim. Panen dapat dilakuakan dua kali setahun. Disana juga tidak terjadi pengrusakan hutan, sehingga banyak terdapat bukit-bukit berbatu granit yang tandus dan gundul.
Sementara di Cina Selatan lebih banyak turun hujan dan waktu bercocok tanam tidak terlalu dipengaruhi oleh musim. Panen dapat dilakuakan dua kali setahun. Disana juga tidak terjadi pengrusakan hutan, sehingga banyak terdapat bukit-bukit berbatu granit yang tandus dan gundul.
Sebagai akibat dari kelebihan penduduk agraris terjadi imigrasi petani.
Dari Cina Selatan terjadi emigrasi ke Nan Yang (Asia Tenggara) dan
daerah-daerah pasifik. Di Indonesia misalnya banyak terdapat orang Cina
yang berasal dari Fukien dan Kwanngtung. Dari daerah ini sejak
berabad-abad dahulu para pedagang sering merantau ke Nan Yang.
Sejak
pertengahan abad ke 19 terjadi emigrasi besar-besaran dari Cina Selatan
yang terdiri dari petani, nelayan, buruh perkebunan, pertambangan, dan
orang yang berhasil dalam perdagangan dan perindustrian.
Dari Cina Utara terjadi emigrasi petani ke Sinkiang, Mongolia dan Mancuria. Penduduk Mancuria sekarang 90% adalah orang Cina. Orang Manchu sendiri hanya ± 2 % dan orang Mongolia ± 4%, Korea ± 3% dan ada juga keturunan orang Rusia.
Dari Cina Utara terjadi emigrasi petani ke Sinkiang, Mongolia dan Mancuria. Penduduk Mancuria sekarang 90% adalah orang Cina. Orang Manchu sendiri hanya ± 2 % dan orang Mongolia ± 4%, Korea ± 3% dan ada juga keturunan orang Rusia.
Di Cina banyak terkandung barang tambang. Batu
bara terdapat hampir disetiap propinsi, yang terbanyak di Kansu, Shensi,
Honan dan Manchuria. Biji Besi paling banyak terdapat di Manchuria (2/3
dari seluruh persediaan RRC). Disana juga terkandung timah, tungsten
(walfarm), antimonium, tembaga dll. Potensi tenaga air juga cukup besar,
terutama di sungai Yangtse. Tetapi minyak bumi baru sedikit dihasilkan
di Kansu dan Shensi dan persediaan terbesar di Shinkiang.
Cina sekarang memerlukan banyak sekali baja dan besi untuk membangun industri berat. Pusat Industri berat terbesar terdapat di Anshan (Mancuria Selatan), juga sangat terkenal tanur-tanur tinggi di pabri-pabrik baja di Hanyang (Wuhan).
Cina sekarang memerlukan banyak sekali baja dan besi untuk membangun industri berat. Pusat Industri berat terbesar terdapat di Anshan (Mancuria Selatan), juga sangat terkenal tanur-tanur tinggi di pabri-pabrik baja di Hanyang (Wuhan).
Dengan tujuan mencapai kemajuan
besar dalam bidang perekonomian dalam bidang industri ditetapkan tahun
1958 sebagai (tahun melompat jauh) atau “Tahun Lompatan Raksasa” Untuk
menghasilkan baja didirikan puluhan ribu tanur yang dikerjakan pada
musim gugur dan dingin oleh petani, pelajar dan pegawai kantoran.
Produksi baja juga dijadikan sasaran pabrik proyek tersebut. Dalam
pertanian target ditujukan pada produksi gandum, padi dan kapas.
B. PEREKONOMIAN DINASTI–DINASTI DI CINA
1. Dinasti Shang
Peradaban Shang dan penerusnya merupakan peletak dasar perkembangan
peradaban Cina yang agraris dengan sistem pengairan. Kebudayaannya
dibangun dari hasil kerja petani. Pada Zaman Shang sudah terdapat banyak
kota, yang menjadi pusat kehidupan golongan aristokrat. Di kota-kota
sudah terdapat industri kerajinan tangan, yang melayani kebutuhan hidup
rumah tangga penguasa (raja dan bangsawan). Untuk keperluan tersebut
terjadi perdagangan barang-barang mewah dan pemakaian tenaga budak untuk
produksi.
Tenaga kerja pertanian dan buruh industri diambil dari
budak-budak raja dan bangsawan. Para petani menanam gandum dan pohon
kertau untuk memelihara ulat sutera, juga memelihara sapi, babi,
biri-biri dan kuda. Kain sutera ditenun untuk pakaian bangsawan,
sedangkan rakyat berpakaian dari bahan kasar yng ditenun dari urat
tumbuhan. Teknik menenun sudah maju, industri kerajinan juga sudah maju,
hasilnya sudah mendekati keramik porselen.
Dengan munculnya dinasti Shang dimulailah zaman sejarah di Cina dengan adanya peninggalan-peninggalan bersejarah. Kesenian perunggu dari zaman Shang telah mencapai puncak yang tinggi, menghasilkan periuk-periuk dan jambangan dari perungu dalam bentuk dan hiasan yang paling bagus. Juga dihasilkan benda-benda seni dari batu giok, marmer tanduk rusa, gading, tulang, benda keramaik dll.
Gaya hiasan dari benda-benda itu terkenal
dengan sebutan “Langam Binatang”. Periuk-periuk tripod perunggu dan
lencana-lencana batu giok dipakai dalam upacara-upacara keagamaan.
Periuk-periuk tersebut dijadikan lambang kekuasaan raja-raja Cina kuno.
Untuk keperluan sehari-hari dibuat periuk-periuk dari tanah. Hasil
barang-barang keramik dari zaman itu sudah mendekati porselen, ada yang
putih bening, hanya belum mengkilat seperti poselen. Karena perunggu
tidak banyak, dijadikan harta benda berharga dan disimpan sebagai modal.
Pemakaian secara umum benda logam untuk keperluan sehari-hari tidak
pernah terjadi, untuk itu dipakai barang-barang keramik. Hal ini
merupkan pendorong untuk menghasilkan barang-barang keramik yang
berkualitas baik, sehingga di Cina dengan cepat ditemukan porselen.
2. Dinasti Zhou
2. Dinasti Zhou
Suku bangsa yang menghancurkan dinasti Shang, mendirikan dinasti Chou.
Mereka mula-mula hidup sebagai bangsa semi nomad yang lebih mengutamakan
peternakan tapi juga sudah mengenal pertanian. Sistem pembagian tanah
sumur-tegalan (sistem Ching Tien) di Cina berasal dari zaman Chou.
3. Dinasti Chin
Pada tahun 359 SM, pada masa pemerintahan Hsiao dilakukan perubahan besar dalam organisasi sosial dan politik, yang dilakukan oleh perdana mentri Shan Yang (359-338SM).
Sistem pembagian tanah dihapuskan dan diganti dengan pemilikan tanah oleh petani. Pada masa dinasti Chin ini tanah boleh diperjual belikan secara bebas.
Peristiwa penting ketiga
yang terjadi pada masa Chin adalah pembangunan Tembok Besar Cina yang
dimulai pada tahun 220 SM. Pekerjaan ini merupakan penyelesaian dan
penyempurnaan dari tembok yang sudah ada sejak tahun 500 SM. Tembok yang
sudah ada dijadikan satu, tembok ini memanjang dari Sanhaikuan (pantai
pulau Liaotum) sampai ke daerah Ordos, kemudian diperpanjang sampai ke
Tunghuang di Khansu.
4. Dinasti Han
4. Dinasti Han
Sistem ekonomi yang pernah diterapkan yaitu wu wei jing zi(sistem
perekonomian bebas) dan selain itu ada istilah wu wei er zi (sistem
perekonomian tidak mencampuri) yang di berlakukan pada awal dinasti Han
setelah kejatuhan dinasti Qing akibat pemberontakan petani yang membawa kehancurandibidang ekonomi.
5. Dinasti Sui dan Tang
Dinasti Sui (589-906M) mempersatukan kembali Cina mempelopori dinasti yang lebih besar, yaitu dinasti Tang (618-906M).
6. Zaman lima Dinasti dan Shung
Pada zaman Sung perdagangan melaui Asia Tengah makin mundur, karena Asia Tengah terjadi peperangan antar suku. Di masa ini Cina berorientasi pada perdagangan laut dan terjadi kemajuan dibidang pelayaran. Namun Di jaman Sung terjadi perkembangan pemilikan tanah besar-besaran oleh tuan tanah dari kaum gentry. Hal ini sangat merugikan petani kecil, karena dua hal, yaitu :
1. para pegawai diberikan penghasilan tambahan dari tanah, dan dibebaskan pajaknya dan mereka berusaha memiliki tanah sebanyak-banyaknya.
2. Sistem pajak disederhanakan dan hanya berdasarkan luas tanah, tetapi dalam prakteknya pajak itu dibebankan pada petani kecil. Keuangan negara makin buruk, penggelapan pajak oleh pemilik tanah makin merajalela. Selain itu Sung harus membayar upeti kepada bangsa-bangsa penguasa di perbatasan Utara dan Barat Laut. Jumlah yang harus dibayarkan makin besar.
Pada abad ke-11 terjadi krisis ekonomi, untuk mengatasinya diangakat Wang An Shih (1021-1086) seabagai mentri keuangan tahun 1056M. Ia berasal dari keluarga gentry yang miskin di Kiang Shi, ia pembela petani kecil dan pedagang kecil. Ia membuat rencana pembahuaruan politik ekonomi yang terdiri dari :
1) merubah ekonomi pengangkutan
2) mengadakan monopoli perdagangan dan pengangkutan oleh negara
3) mendirikan bank patani untuk memberi pinjaman kepada petani kecil
4) mengganti sistem pajak dan menghapuskan pembebasan pajak tanah dan menaiukan gaji pegawai,
5) memperbaharui sisttem ujian
6) melakukan milisi rakyat.
7. Zaman Kekuasaan Mongolia
Kekaisaran Mongolia adalah kekaisaran kedua terbesar dalam sejarah
dunia, sesudah Imperium Britania, menguasai sekitar 33 juta km² pada
puncak kejayaannya, dengan perkiraan penduduk sebanyak di atas 100 juta
orang dan menjadi yang paling kuat diantara semua kekaisaran abad
pertengahan.
Kekaisaran Mongolia didirikan oleh Jenghis Khan pada tahun
1206 M sesudah mempersatukan suku-suku Mongolia yang saat itu sering
berselisih diantara sesama dan memulai banyak penaklukan di seluruh
benua Eurasia yang dimulai dengan penaklukan dinasti Xia Barat di
Republik Rakyat Cina Utara dan Kerajaan Khawarezmi di Persia.
Pada puncaknya, Kekaisaran Mongolia menguasai sebagian besar wilayah Asia Tenggara ke Eropa tengah. Selama keberadaannya, Mongolia melakukan pertukaran budaya antara Timur, Barat dan Timur Tengah sekitar abad ke-13 dan 14. Kekaisaran Mongolia dipimpin oleh Khagan (Khan Agung keturunan Jenghis Khan) secara turun-temurun.
Sesudah kematian Jenghis
Khan, Kekaisaran Mongolia pada dasarnya terbagi menjadi empat bagian
yaitu; Dinasti Yuan (Tiongkok), Ilkhanate (Persia), Chagatai Khanate
(Asia Tengah), dan Golden Horde (Rusia). Semua wilayah pembagian itu
dipimpin oleh keturunan Jenghis Khan. Dinastinya merupakan dinasti
pertama yang memerintah seluruh Cina dari Beijing sebagai ibu kotanya.
Bangsa mongol menyadari pentingnya pendapatan lewat pajak dan
perdagangan ketimbang kegiatan perampokan yang dilakukan oleh leluhur
mereka. Mereka menerapkan sistem pajak yang telah diterapkan semasa
dinasti tang,dimana rakyat harus membayar pajak dalam bentuk gandum,
tekstil atau barang lainnya, serta kerja wajib bagi negara.
Inilah
sebabnya mengapa sistem ini disebut dengan zuyongdiao. Para petani
diharuskan untuk membayar pajak dua kali dalam setahun yang disebut
dengan sistem Liangs-huifa. Untuk memperlancar transportasi dan
perdagangan, dibangunlah suatu terusan antara lembah sungai Yangzi
dengan Khanbaligh. Hubungan perdagangan lewat laut juga masih memberikan
kontribusi besar, dimana hal ini dimungkinkan oleh kemajuan teknologi
pembuatan kapal semasa Dinasti Sang.
Sumber : Seberkas Sejarah